Yang tersisa hanyalah dirimu
"Semuanya penipu. Dunia ini tak lebih dari panggung sandiwara,
penuh kebohongan yang dibungkus senyum sopan,
penuh kepalsuan yang dibalut pencitraan murahan.
Manusia berlomba jadi baik di depan kamera,
tapi menusuk di balik layar,
mengangkat tangan ke langit sambil kakinya menginjak leher sesama.
Janji ditebar seperti confetti saat pesta,
hilang begitu angin realita bertiup.
Senyuman? Hanya topeng plastik,
dipakai tiap hari untuk bertahan dalam sistem yang menyuruh kita jadi palsu.
Mereka membangun istana dari bara,
menumpuk dosa dengan gaya seolah mulia.
Lidah mereka manis, tapi hati mereka penuh racun.
Tangan mereka memberi, tapi di baliknya menuntut jiwa.
Jangan percaya pada siapapun yang menjual kesedihan sebagai konten,
yang menjadikan air mata sebagai dagangan harian.
Mereka tak menangis karena luka—
mereka menangis karena viewers turun.
Jangan terpesona pada idola yang liriknya dibeli,
yang pesannya palsu dan hidupnya tak seindah video musik.
Mereka bersinar di layar,
tapi gelap dalam nurani.
Jangan kagum pada mereka yang ‘seolah’ baik,
yang pura-pura peduli saat ramai,
tapi hilang saat kamu benar-benar butuh.
Percaya hanya pada dirimu sendiri—
pada keheningan saat semua pergi,
pada tekad yang tumbuh saat dunia tak lagi memberi ruang.
Karena pada akhirnya,
yang bisa kamu pegang cuma suara hatimu,
yang tak bisa dibeli, dipalsukan, atau dijadikan konten.
Dunia ini bukan rumah—ini ujian,
dan semua orang sedang mencoba terlihat hidup,
padahal dalam hati mereka mungkin sudah lama mati."
Komentar
Posting Komentar