Sajak guru
Ini adalah puisi dari sastrawan Indonesia yaitu:
Sapardi Djoko Damono
yang berjudul
"Sajak Desember" (1961).
Berikut adalah penjelasan dan puisi yang maknanya dipermudah:
Penjelasan:
Puisi ini menggambarkan seseorang yang merenungi kehidupannya pada suatu malam yang tenang. Ketika ia melepaskan mantel dan topi tuanya, ia merasa betapa miskinnya dirinya, baik secara materi maupun spiritual. Ia merasa utang-utang kepada Tuhan belum terbayarkan. Meski hanya memiliki sedikit harta, ia tetap mengingat nama Tuhan dalam suasana yang penuh kedamaian dan keheningan. Puisi ini mencerminkan perasaan keterasingan, keletihan, dan refleksi mendalam tentang hidup dan hubungan dengan Sang Pencipta.
Puisi dengan Makna yang Dipermudah:
Malam tiba dengan senyap,
Aku lepaskan mantel tua,
Saat daun-daun gugur pelan,
Lewat tengah malam yang dingin.
Lalu kuhitung utang-utangku pada-Mu,
Betapa sedikit yang kumiliki.
Di luar, hujan masih terdengar,
Masih ada kelelahan di dalam diri,
Ada yang terbaring di kursi,
Lelah, sangat lelah.
Apakah pantas aku menghitung hartaku?
Hanya selembar celana dan baju,
Namun, di tengah sepi dan hening,
Kusebut nama-Mu berulang kali,
Dalam cahaya remang pelangi malam.
Puisi ini menggambarkan perasaan kesederhanaan, pengakuan diri, dan refleksi tentang makna hidup serta hubungan spiritual dengan Tuhan.
Maka sesekali merenung lah dengan segala yang kita buat hari ini dan kemarin lusa...
Pahala Kita walau banyak tidak bisa sedikitpun mengimbangi apa yang Tuhan beri...
Karena apa yang ada di tangan manusia itu cepat atau lambat akan habis...
Dan Tidak ada kenikmatan yang bisa kita nikmati ketika nafas kita sudah tidak ada, sebanyak-banyaknya yang kita punya itu bukan milik kita lagi. Semua itu hanya bersifat sementara, semua itu hanya sesuatu yang terkadang bisa membuat kita terlena akan fana nya duniawi, lantas mengapa tidak surga saja yang kita cari bahkan yang kita kejar??
# novel puisi "hujan bulan Juni".
# kumpulan dawuh guruku.
Vansa🐨
Komentar
Posting Komentar